May 24

Modal IP dua koma bisa tembus dan raih beasiswa untuk S3 di Oxford

Bisa kuliah di kampus rangking nomor 1 di dunia mungkin adalah impian semua orang.Karena untuk meraihnya berbeda-beda setiap orang,tidak ada proses yang instan dan semua orang memiliki proses yang berbeda-beda.Ada yang bisa langsung bisa meraihnya, ada yang harus berliku-liku.Sekedar sharing contohnya adalah kak Mukhlis Jamal Holle adalah awardee LPDP  yang lolos mengambil studi DPhil di University of Oxford, kampus nomor satu di dunia.Meskipun, di sekolah hanya beberapa guru mengenal beliau karena  sering bolak-balik ke ruang guru untuk mengambil remedial.Bahkan,ketiika di jenjang SMA, jika hanya ada satu siswa yang nilainya dibawah SKM, sering sekali satu siswa itu adalah beliau. Sempat juga dianggap tidak mampu untuk masuk jurusan favorit dan beliau memilih Biologi, jurusan yang bagi kebanyakan org adalah jurusan nomer 2, tapi nomer 1 buat beliau. Di ujian nasionalpun mungkin beliau tidak lulus jika ada yang salah dua nomor lagi di salah satu mata pelajaran.Beruntung akhirnya beliau bisa lolos UM-UGM.

 

Saat kuliah S1, beliau sempat sempat mendambakan kuliah diluar negeri. Namun pada saat itu,karena keterbatasan pengalaman dan keterbatasan kemampuan bahasa, kak Muhkhlis belum berani untuk mencoba mendaftar di kampus top Dunia.Beruntung beliau  diterima studi lanjut S2 di salah satu kampus terbaik di Jepang.Sembari menjalani studi S2, kak Mukhlis terus mengasah kemampuan bahasa inggris dengan membiasakan mendengar video-video belajar bahasa inggris di Youtube.Hingga sampai di penghujung perkuliahan S2,kak Mukhlis belum mengetahui akan mendapat pekerjaan yang inginkan atau melanjutkan studi S3 selepas S2, beliau mencoba segala kemungkinan yang ada. Beruntung selama studi S2 aku mendapat kesempatan untuk menghadiri konferensi yang dihadiri banyak akademisi di kampus-kampus terbaik dunia sehingga hal ini benar-benar membuka pandanganku terhadap penelitian ekologi terupdate saat ini.

Setelah beliau belajar bahasa inggris selama lebih dari 5 tahun, dan mengorbankan banyak hal untuk bisa melakukan penelitian dan mengikuti konferensi ilmiah, akhirnya beliau punya nyali untuk mendaftar ke University of Oxford.Beliau semakin optimis bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan punya potensi yang sangat kuat.And after all, ini bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya salah satu proses untuk mencapai tujuan itu. Dan proses menuju tujuan itu masi sangatlah panjang. Semoga bisa dimudahkan.

Namun, semoga ini bisa sedikit banyak memberikan gambaran bagi rekan-rekan yang ingin studi lanjut. Bukan karena beliau lebih baik, namun karena mungkin lahir lebih dulu dan mendapat kesempatan ini lebih dulu:

1.Tidak ada proses yang instan dan semua orang memiliki proses yang berbeda-beda. Ada yang bisa langsung bisa meraihnya, ada yang harus berliku-liku dahulu. Buatku, butuh proses bertahun-tahun untuk akhirnya bisa lolos.
2. Rejeki tidak akan tertukar dan sudah diatur oleh YMK.
3.Tutupi satu kekurangan dengan kelebihan yang lain karena pada prinsipnya setiap orang itu unik dan memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.
4.Jangan takut gagal, apalagi takut gagal sebelum mencoba.
5. yang mencoba saja bisa gagal, apalagi yang tidak mencoba
6.Gagal itu biasa, yang terpenting adalah berani untuk bangkit dari kegagalan dan terus mengevaluasi diri.
7.Mengunderestimate diri sendiri untuk kemudian berusaha keras untuk mengembangkan diri itu boleh, yang tidak boleh adalah self-underestimate lalu tidak berani mencoba.

 

Disarikan dari https://mukhlishholle.wordpress.com/2017/04/29/oxford-bukan-lagi-mimpi-its-real/


Copyright 2021. All rights reserved.

Posted May 24, 2018 by Princess of Frogs in category "Uncategorized

About the Author

A person with an eagerness in learning something new. I am able to speak and write Japanese and Mandarin besides English.I’m skilled at operating computer including language programming and editing software.I mostly talk about drone technology.travel,foods,livestyle and fashion

Leave a Reply

Your email address will not be published.