Tanpa Batas
Tanpa Batas
Sari, seorang penyitas depresi, merupakan pengagum Raden Adjeng Kartini. Baginya, Kartini adalah teman sejati sekaligus tokoh yang selalu menginspirasi dan menemani keseharian Sari menjemput mimpi. Dengan imajinasinya yang kuat, ia membuat puisi bertemakan Kartini. Hi ibu, Sari belum mau menikah, Dinda ingin mengejar studi ke luar negeri khususnya Taiwan
Meski berat, akhirnya orang tua Sari setuju untuk membiarkan Sari menimba ilmu di Taiwan. Ia lalu menemui Kakak kelas yang tengah mengejar gelar PhD di Taipei Medical University, Taiwan. Beliau bernama dr. Dito Anurogo, MSc.
Namun, ada yang salah di kacamata Sari mengenai Taiwan. Belajar dari Kak Dito, Ia menemukan kalau dalam keseharian di Taiwan, kita harus mampu bercakap dalam tradisional Chinese dan Hokien. Rambut boleh sama hitam, namun pikiran kita berbeda. “Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung” yang artinya, setiap manusia itu memiliki pikiran pandangan yang berbeda-beda, serta kita harus menyesuaikan diri dimana kita hidup.
Ini adalah tantangan bagi Sari, mungkin Sari bisa baca baca buku terkait traditional Chinese. Ibarat nya buku merupakan jendela dunia. Bahkan dunia internet telah terbuka dan dapat diakses dimana saja. Menurut Sari, apakah Sari mampu menyesuaikan hidup di Taiwan? Sari menganggap Kak Dito adalah The Taiwan Wanderer karena beliau suka berpetualang, bagaimana pendapat teman-teman?
Di akhir cerita, Sari merasa beruntung bertemu Kak Dito karena Kak Dito bersedia membimbing Sari selama di Taiwan. Dan background Kak Dito sudah berkeluarga namun Kak Dito belum mengakui kalau beliau sudah berkeluarga. Beliau hanya menyampaikan bahwa akan menjelaskan ini setibanya Sari di Taiwan. Wah menarik yah? Apakah Sari bisa meraih mimpi dan melawan depresi yang Ia hadapi di Taiwan?
To be continued