June 26

Ternyata ada pembiayaan syariah , lulus jadi berkah

Achmad Zulfikar Syafei adalah seorang anak muda yang punya tekad kuat untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin. Setelah menamatkan studi D3-nya, Achmad langsung mengejar gelar sarjana dengan mengambil kelas karyawan agar ia bisa kuliah sambil kerja.

Kisah Achmad bermula pada tahun 2014 ketika ia baru lulus dari sebuah SMK di wilayah Jakarta Timur. Layaknya teman-teman seangkatannya yang baru lulus, Achmad sebenarnya berencana untuk langsung kuliah. Sayangnya, tingginya kebutuhan biaya perkuliahan membuat ia memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu selama setahun.

Sambil melakukan beberapa pekerjaan part-time, Achmad getol mencari cara agar ia tetap bisa kuliah tanpa memberatkan kedua orangtuanya. Program beasiswa S1 pun menjadi salah satu opsi. Akan tetapi, selain kurang mendapatkan informasi, ia juga mempertimbangkan perlunya mempunyai penghasilan di samping menjalani tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa.

Achmad lantas mencari sebuah program yang memungkinkannya untuk kuliah sambil bekerja. Harapan ini terwujud ketika ia mendaftar dan diterima di program Magang Beasiswa yang diusung oleh PT Asuransi Central Asia (ACA).

Pada tahun 2015, Achmad mulai bekerja sebagai karyawan magang di PT ACA, di mana ia bukan hanya disekolahkan di program D3 Sekolah Tinggi Manajemen Administrasi (STMA) Trisakti—sebagai institusi rekanan perusahaan, tapi juga diberi uang saku setiap bulan.

Dukungan dari perusahaan sangat memudahkan Achmad dalam menjalani kuliahnya sambil bekerja. Pekerjaannya di kantor hanya berlangsung dari Senin sampai Kamis, sementara Jumat dan Sabtu diisi dengan perkuliahan.

Setelah tiga tahun mengikuti program Magang Beasiswa dan mengalami rotasi divisi beberapa kali, Achmad resmi diangkat sebagai pegawai PT ACA pada Maret 2018 dan lulus kuliah D3 di bulan September 2018.

Meskipun mempunyai latar belakang pendidikan teknik, Achmad tetap bersyukur dan menikmati pekerjaannya di industri asuransi, tepatnya di bagian klaim asuransi.

Mencari pinjaman untuk studi S1

Semangat belajar yang tinggi membuat Achmad tak langsung puas dengan gelar diplomanya. Ia pun bergegas ingin segera meneruskan kuliah ke jenjang S1. Akan tetapi, ia harus mencari bantuan pembiayaan karena tak ada lagi beasiswa dari perusahaan tempat kerjanya.

“Sejak lulus sekolah, saya memang pengin punya pendidikan yang tinggi. Karena keterbatasan, akhirnya menunda dulu setahun. Akhirnya masuk (ACA), walaupun beasiswanya cuma sampai D3. Namun, bagaimana pun caranya saya tetap harus lanjut S1.”

Bungsu dari dua bersaudara ini sempat mencoba mencari sumber pinjaman melalui sejumlah pihak, seperti perusahaan financial technology dan juga perbankan. Sayang, permohonan Achmad ditolak oleh dua bank swasta yang memiliki program kredit pendidikan.

Pantang menyerah, Achmad pun terus mencari informasi di Internet sampai akhirnya ia menemukan Dana Cita, perusahaan fintech peer-to-peer (P2P) lending yang menyediakan pinjaman pendidikan terjangkau.

Setelah membaca review tentang Dana Cita dan memperhitungkan angsurannya yang ringan sehingga ia masih bisa menyisihkan gajinya setiap bulan untuk kebutuhan lain, Achmad memutuskan untuk mengajukan pinjaman di Dana Cita.

Setelah melalui seluruh proses pengajuan pinjaman secara online, permohonan Achmad pun disetujui. Dana Cita akan membiayai kuliahnya di STMA Trisakti selama tiga semester dan ia hanya perlu mencicil biayanya setiap bulan sehingga terasa jauh lebih ringan.

“Saya berterima kasih ada program seperti (Dana Cita) ini yang membantu saya. Terutama untuk anak-anak yang pengin maju, tapi ada keterbatasan biaya, Dana Cita ini sangat membantu. Saya juga merasa terbantu sekali karena saya jadi gak terlalu mikirin pembayaran ke kampus. Saya cuma fokus untuk kuliah dan kerja,” tutur Achmad.

Kegigihan Achmad tak lepas dari cita-cita jangka panjang yang sudah ia lukiskan. Setelah meraih gelar sarjana, ia ingin membantu kedua orangtuanya terlebih dahulu.

Mengenai rencana kariernya yang akan datang, Achmad berharap mendapat kesempatan untuk masuk ke ranah pemerintahan agar ia dapat terjun langsung untuk menyejahterakan rakyat Indonesia.

“Saya senang bisa membantu orang. Saya yang dari keluarga nggak berada, ketika bisa menyisihkan sedikit rezeki untuk orang-orang di jalanan itu (rasanya) bersyukur banget. Jadi, salah satu caranya ya dari pemerintahan supaya saya bisa bikin program-program yang menyejahterakan masyarakat.”

Sebagai pengagum sosok Presiden RI, Joko Widodo, Achmad memendam cita-cita ingin menjadi pemimpin negara suatu hari nanti. Hal itulah yang memotivasinya untuk bekerja keras dan mengejar pendidikan setinggi mungkin.

Satu hal yang Achmad jadikan pegangan dalam hidupnya adalah pesan dari seorang senior di tempat kerjanya:

“Tiap hari kita harus menambah ilmu. Jangan sampai kosong. Otak kita itu sebenarnya mampu menerima ilmu terus menerus—ilmu apa saja selama baik. Jadi, ketika kita berhadapan dengan suatu masalah di kemudian hari, kita tinggal pilih mau bawa masalah itu ke hitam atau putih.”

Tak heran kalau Achmad tak pernah lelah untuk terus belajar dan mencari ilmu—baik di institusi pendidikan maupun melalui interaksi dengan orang-orang baru, dan punya semangat juang yang luar biasa untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.


Copyright 2021. All rights reserved.

Posted June 26, 2019 by Princess of Frogs in category "Uncategorized

About the Author

A person with an eagerness in learning something new. I am able to speak and write Japanese and Mandarin besides English.I’m skilled at operating computer including language programming and editing software.I mostly talk about drone technology.travel,foods,livestyle and fashion

Leave a Reply

Your email address will not be published.